tugas kedua

Kelas                          : 4KA26
Kelompok                  : 5
Nama Kelompok       :
-         Sacharissa Davita (16110317)
-         Handoko Ismanto (13110106)
-         Hafizh Teo Paza (13110093)
-         Mustafa (14110870)
-         Arief Putra Wibowo (11110052)
Tugas Konsep Sistem Informasi Lanjut

Apa yang dimaksud dengan SC?

Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja secara bersama-sama untuk membuat dan menyalurkan produk atau jasa kepada konsumen akhir/pelanggan. Rangkaian atau jaringan ini terbentang dari penambang bahan mentah (dibagian hulu) sampai retailer / toko (pada bagian hilir).

Dalam sebuah SC terdapat tiga aliran:
· Material
· Informasi
· Dan Uang / dana.
Struktur SC yang sederhana
Supply chain yang umum memiliki tahap-tahap:
– Pelanggan
– Retailer
– Wholesaler/ Distributor
– Manufacturer
– Component/ Raw material suppliers

Chain 1 : Suppliers
Jaringan bermula dari sini yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai.

Chain 1-2: Suppliers ® Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer atau plans atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengkorversikan ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Tidak jarang penghematan sebesar 40% - 60% , bahkan lebih, dapat diperoleh dari invetory carrying cost dimata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya, penghematan ini dapat diperoleh.

Chain 1-2-3-4 : Suppliers ® Manufacturer ® Distribution ® Wholesaler
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walau tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain.

Chain 1-2-3-4 : Suppliers ® Manufacturer ® Distribution ® Wholesaler ® Retail Outlets
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun arang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Disini ada kesempatan untuk memperoleh penghemtatan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail outlets)

Chain 1-2-3-4-5 : Suppliers ® Manufacturer ® Distribution ® Wholesaler ® Retail Outlets ® Customers
Dari rak-raknya, para pengecer atau retails menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, dll. Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain dalam konteks ini sebagai end-user.

Istilah manajemen rantai pasok (supply chain management, SCM). Beberapa pihak memberikan definisi/pengertian manajemen rantai pasok sebagai berikut:
a. Lambert (1998), menyatakan bahwa SCM merupakan integrasi atas prosesproses bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok awal yang menyediakan produk, jasa, dan informasi yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
b. Menurut Simchi-Levi (2002), SCM adalah suatu kumpulan pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan secara efisien antara pemasok, perusahaan manufaktur, pergudangan, dan toko, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan pada kuantitas, lokasi, dan waktu yang benar, untuk meminimumkan biaya-biaya pada kondisi yang memuaskan kebutuhan tingkat
pelayanan.
c. Menurut Handfield (1999), SCM merupakan integrasi atas kegiatan-kegiatan dalam suatu rantai pasok dengan hubungan yang diperbaiki, untuk mencapai suatu keunggulan bersaing yang berkelanjutan.
d. Chopra & Meindl (2001), berpendapat bahwa SCM mencakup manajemen atas aliran-aliran diantara tingkatan dalam suatu rantai pasok untuk memaksimumkan keuntungan total.

Supply Chain Management 
Supply Chain Management adalah manajemen terhadap aliran antar dan diantara tahapan supply chainuntuk memaksimalkan profitabilitas keseluruhan supply chain SCM merupakan konsep yang semakin penting pada era perdagangan bebas dan globalisasi. Dalam era tersebut, persaingan bukan lagi produk melawan produk atau perusahaan melawan perusahaan akan tetapi lebih kepada rantai pasok (supply chain) melawan rantai pasok.
Menurut Lambert et. al dalam Croxton (2001), proses-proses bisnis dalam SCM terdiri atas delapan bagian yang meliputi: manajemen hubungan pelanggan, manajemen pelayanan pelanggan, manajemen permintaan, pemenuhan pesanan, manajemen aliran manufaktur, manajemen hubungan pemasok, pengembangan dan komersialisasi produk, dan manajemen pengembalian (return management).
Optimalisasi Supply Chain

Tuntutan pelanggan yang terus berkembang
Dengan makin terbukanya pasar bebas yang mendunia (globalisasi), maka terjadi banyak dan begitu ketat persaingan antar perusahaan dan antar produk. Bagi para konsumen, ini merupakan keuntugan besar karena mereka mendapatkan :
· Harga yang lebih kompetitif
· Pilihan sumber pembelian yang lebih banyak
· Mutu barang yang lebih banyak
· Pilihan brand yang lebih banyak
· Penyediaan yang lebih cepat
· Layanan lain yang lebih baik.

Sikap para pelanggan tidak boleh diabaikan dan harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Para pelanggan/consumers cenderung bersikap :
· Menghindari penjual yang pernah mengecewakan
· Ingin mengalami proses pembelian barang dan jasa yang menyenangkan
· Menyenangi pendekatan penjualan yang kreatif, ramah dan murah
· Menuntut “more for less”
· Mencari toko yang serba ada (departemen store, shooping mall, supermarket dsb) karena
  keterbatasan waktu berbelanja
· Menghendaki barang yang aman dari segala hal
· Pokoknya menghendaki harga, mutu, dan pelayanan yang lebih baik lagi.

Kekuasaan Retail yang Makin Besar.
Pengendali utama supply chain adalah consumer, maka yang berhubungan dengan itu adalah para retailer yang menanggapi kehendak dan tuntutan consumers yang makin meningkat dengan mengadakan perubahan-perubahan besar dalam penataan, dekorasi, teknik pelayanan dan personil tokonya. Cara-cara retailer untuk para konsumer memilih barang dalam pengambilan keputusan adalah:
· Membuat display yang menarik untuk produk tertentu
· Memberikan diskon yang menarik untuk produk tertentu
· Memberikan bonus tertentu sebagai hadiah
· Menawarkan secara lebih aktif

3. Dilema dalam pencapaian Optimalisasi
Langkah yang penting dalam melakukan manajemen supply chain adalah menggalang, memperbaiki komunikasi harian diantara semua pelaku supply, mulai dari hilir sampai ke hulu. Komuniasi ini dapat mencegah kelambatan pengadaan barang maupun penumpukan barang digudang yang berlebihan.

4. Kendala dalam Membangun Kepercayaan
Beberapa hal yang melatarbelakangi kendala membangun kepercayaan adalah Sebagai berikut:
· Masih banyaknya anggapan bahwa supplier atau pihak lain adalah “lawan” atau bahkan “musuh” dalam berbisnis dan bukan “mitra”
· Masih banyaknya anggapan bahwa antar supplier atau pihak lain dan perusahaan sendiri pada hakikatnya mempunyai tujuan yang berlainan, bahkan saling bertentangan, sedangkan tujuan akhir adalah sama-sama survive dan growth.
· Dalam negosisiasi, makin banyak yang mengharapkan hasil yang “win-lose” dan kurang mengenal konsep “win-win negotiation”
· Banyak yang masih melihat pada hubungan “jangka-pendek” dan kurang melihat hubungan “jangka panjang” yang saling menguntungkan
· Oleh karena itu, konsep-konsep baru seperti “win-win negotiation”, “supplier patnering”, dsb perlu dikembangkan diantara para peserta kegiatan supply dan didalam perusahaan sendiri untuk menciptakan kepercayaan yang sungguh diperlukan dalam mengoptimalkan manajemen supply chain.

5. Patnering sebagai Suatu Solusi
· Meyakini memiliki tujuan yang sama (common goal)
· Saling menguntungkan (mutual benefit)
· Saling percaya (mutual trust)
· Bersikap terbuka (transparent)
· Menjalin hubungan jangka panjang (long term relationship)
· Terus menerus melakukan perbaikan dalam biaya dan mutu barang/jasa

6. Teknologi Informasi sebagai Katalisator
Keberhasilan manajemen supply mungkin dapat dicapai tanpa menggunakan jasa teknologi informasi, yang dalam kasus ini harus bercirikan antara lain :
· Hadrware dan software-nya mampu digunakan antar organisasi/perusahaan
· Clear information
· Real time POS (Point Of Sales) information
· Customer and network friendly
· High level effectiveness and efficienc

Peran informasi
Informasi penting karena menyediakan fakta yang digunakan oleh manajer supply chain untuk membuat keputusan memberikan manajer visibility!

Teknologi Informasi
Teknologi informasi (TI) terdiri dari alat - hardware & software-digunakan baik untuk mendapatkan kesadaran informasi dan menganalisis informasi tersebut untuk membuat keputusan yang terbaik bagi rantai pasokan.

Peranan Teknologi Informasi dalam Manajemen Supply Chain 
Secara umum teknologi infomrasi di dalam manajemen supply chain dapat dilihat
dari dua perspektif besar :
· Perspektif Teknis
· Perspektif Manajerial

A. Perspektif Teknis
Dilihat dari sisi teknis, ada dua teknologi informasi yang harus dipenuhi yaitu:
1. Fungsi penciptaan
· TI harus mampu menjadi medium atau sarana untuk mengubah fakta-fakta dalam bisnis perusahaan ke dalam format kuantitatif.
· Teknologi harus mampu mengubah data mentah yang telah dikumpulkan menjadi informasi yang relevan bagi setiap penggunanya (stakeholders), yaitu manajemen, staf, dll.
· Hasil dari pengambilan keputusan akan memberikan berbagai dampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja bisnis informasi.
· Akhirnya, kumpulan dari knowledge yang diperoleh dan dipelajari selama perusahaan beroperasi akan menjadi suatu bekal “kebijaksanaan” (wisdom) yang tidak ternilai harganya.

2. Fungsi penyebaran
· Gathering. TI harus memiliki fasilitas yang mampu mengumpulkan entitasentitas fakta, data,informasi, knowledge dan wisdom dan meletakkannya di dalam suatu media penyimpanan digital.
· Organising. Untuk memudahkan pencarian terhadap entitas-entitas tersebut maka TI harus memiliki mekanisme baku dalam mengorganisasikan penyimpanan entitas-entitas tsb di dalam media penyimpanan.
· Selecting. Disaat berbagai pihak di dalam perusahaan membutuhkan entitas-entitas tsb, TI harus menyediakan fasilitas untuk memudahkan pencarian dan pemilihan
· Synthesizing. Tidak jarang para pengambil keputusan membutuhkan lebih dari satu entitas untuk memudahkannya melihat situasi bisnis perusahaan.
· Distributing. Akhirnya, TI harus memiliki infrastruktur yang dapat menyalurkan berbagai entitas dari tempat penyimpanannya ke pihak-pihak yang membutuhkannya.

B. Perspektif Manajerial
Dilihat dari sisi bisnis dan manajerial, terutama dalam kaitannya dengan manajemen supply chain, ada empat peranan yang diharapkan oleh perusahaan dari implementasi efektif sebuah teknologi informasi, yaitu :
1. minimize rize, mengurangi risiko berasal dari adanya ketidakpastian berbagai hal dan aspek-aspek eksternal lain yang berada di luar kontrol perusahaan
2. reduce costs, ada empat cara untuk mengurangi biaya yang kerap
dikeluarkan untuk kegiatan sehari-hari :
· eliminasi proses, Implementasi berbagai komponen teknologi informasi akan mampu menghilangkan atau mengeliminasi proses yang dirasa tidak perlu (non value added process).
· simplifikasi proses, Berbagai proses yang panjang dan berbelit-belit
(birokratis) biasanya dapat disederhanakan dengan mengimplementasikan berbagai komponen TI (basisdata dan aplikasi
misalnya).
· integrasi proses, TI juga mampu melakukan pengintegrasian beberapa proses menjadi satu sehingga terasa lebih cepat dan praktis (secara langsung akan meningkatkan kepuasan pelanggan juga).
· otomatisasi proses, Mengubah proses manual menjadi otomatis
merupakan tawaran lain untuk mempermudah perusahaan melaksanakan kegiatan operasionalnya sehari-hari
3. add value, menciptakan value bagi pelanggan perusahaan.
4. create new realities, persaiangan cepat dalam teknologi internet yang telah mampu menciptakan suatu arena bersaing baru bagi perusahaan.

Peran internet
· Internet memungkinkan kolaborasi, koordinasi, dan integrasi dalam praktek di lapangan.
· Dengan adanya Internet pihak-pihak pada supply chain bisa membagi informasi serta melakukan transaksi dengan lebih cepat, murah dan akurat.
· Informasi penjualan di supermarket atau ritel akan mudah bisa dibagi dengan pihak-pihak yang berada di sebelah hulu supply chain dengan menggunakan Internet.
· Aplikasi internet dalam konteks supply chain management:
– Electronic procurement (e-procurement)
– Electronic fulfilment (e-fulfilment)

E-Procurement
· Aplikasi internet untuk mendukung proses pengadaan
· Perusahaan otomotif seperti Volkswagen, General Motors, Daimer Chrysler, dll sebagainya menggunakan e-procurement secara ekstensif untuk:
– Proses pengadaan bahan baku dan komponen
– Item-item yang masuk dalam kelompok MRO (maintenance, repair, and operations) seperti suku cadang,peralatan tulis kantor, dan sebagainya.
· Dapat digunakan untuk mendukung:
– Hubungan jangka pendek: e-Auction
– Hubungan jangka panjang (kemitraan)

E-Fulfillment
· Lebih pada bagian hilir supply chain
· Beberapa kegiatan yang termasuk dalam proses fulfilment adalah:
– Menerima order dari pelanggan Pelanggan bisa memesan produk melalui telepon, fax, e-mail, atau webbased ordering.
– Mengelola transaksi termasuk proses pembayaran.
– Manajemen gudang meliputi pengendalian persediaan produk dan kegiatan administrasi gudang secara umum.
– Manajemen transportasi Keputusan mode dan rute transportasi termasuk di dalamnya.
– Komunikasi dengan pelanggan untuk memberikan informasi status pesanan, dukungan teknis, dan sebagainya

Konsep Sistem Informasi Korporat Terpadu

A. Sistem Informasi Terpadu
Konsep manajemen supply chain memperlihatkan adanya proses ketergantungan antara berbagai perusahaan yang terkait di dalam sebuah sistem bisnis. Semakin banyak perusahaan yang terlibat dalam rantai tersebut, akan semakin kompleks strategi pengelolaan yang perlu dibangun. Tiga aliran entitas perusahaan yang harus dikelola dengan baik, yaitu :
1. aliran produk dan jasa (flow of products and services)
2. aliran uang (flow of money)
3. aliran dokumen (flow of documents)
Sistem informasi yang terpadu adalah sebuah sistem yang terdiri dari berbagai komponen data, aplikasi dan teknologi yang saling berkaitan untuk mendukung kebutuhan informasi perusahaan.
Ada dua tugas utama dari sistem informasi terpadu, yaitu :
1. Mengumpulkan, menciptakan, mengolah data mentah yang berasal dari transaksi atau aktivitas bisnis sehingga menjadi informasi dan pengetahuan yang berguna bagi para stakeholder (mereka yang berkempentingan)
2. Menyimpan dan menyebarluaskan data, informasi dan pengetahuan kepada siapa saja yang membutuhkan, terutama manajemen dan staf internal perusahaan, rekanan bisnis, pelanggan dan stakeholder lain yang berada di luar perusahaan.

BArsitektur Sistem Informasi Korporat Terpadu
Membangun sebuah arsitektur sistem informasi korporat terpadu yang baik dapat dimulai dengan melihat siapa saja yang membutuhkan teknologi yaitu :
1. Konsumen / pelanggan (end-consumer)
2. Manajemen
3. Staf
4. Rekanan Bisnis

Delapan komponen utama dalam arsitektur sistem informasi korporat terpadu :
1. Selling Chain Management Information System
2. Customer Relationship Manangement Information System
3. Enterprise Resource Planning Information System
4. Management Control Information System
5. Administrative Control Information System
6. Supply Chain Management Information System
7. Enterprise Applications Intergration Information System
8. Knowledge-Tone Applications Information System

C. Strategi membangun Sistem Informasi Korporat Terpadu.
Secara umum, biasanya sebuah perusahaan akan melalui 5 tahapan evolusi dalam mengembangkan sistem informasinya, yaitu :
1. Cross-Functional Business Unit
2. Strategic Business Unit
3. Integrated Enterprise
4. Extended Enterprise
5. Inter-Enterprise Community

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KDRT

Memasukkan Teks Pada Gambar di Adobe Photoshop CS 3

Sertifikasi Keahlian dan Praktek Kode Etik dalam Penggunaan TI